Prof. Dr. Sulianti Saroso, Siapakah Beliau?

Prof. Dr. Sulianti Saroso jadi Gambar Doodle, Siapakah Beliau?

prof._dr._sulianti_saroso_sapakah_beliau?
Doodle Prof. Dr. Sulianti Saroso

Google merayakan tokoh kesehatan Indonesia, Profesor Dokter Sulianto Saraso, dengan menampilkan gambar Doodle di situsnya. Saraso adalah nama yang diabadikan sebagai Rumah Sakit Pusat Infeksi RI, tempat perawatan utama dan pengkajian upaya membendung wabah virus Corona di Indonesia.

Sejarah kebijakan bidang kesehatan Indonesia mencatat bahwa Profesor Dokter Sulianti Saroso, MPH, PhD. memiliki peran penting dalam dua bidang, yaitu pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta program keluarga berencana. Meskipun memiliki gelar dokter, Sulianti Saroso lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai peneliti dan perancang kebijakan kesehatan.

Mengenal Sosok Sulianti Saroso

kisah_prof_dr_sulianti_saroso
Mengenal sosok Prof. Dr. Sulianti Saroso

Sulianti Saroso lahir pada 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali, dan bekerja sebagai dokter di RS Umum Pusat Jakarta setelah lulus dari Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia pada 1942. Ia kemudian menjadi dokter republikan dan aktif mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik. Ia juga berperan aktif dalam mencari pengakuan atas kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.

Setelah masa revolusi, Sulianti bekerja di Kementerian Kesehatan dan meraih beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris. Ia memimpin gerakan keluarga berencana (KB) dan memberikan perhatian besar pada Klinik Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Sulianti Saroso juga membangun pos-pos kesehatan masyarakat di berbagai lokasi dan memberikan rekomendasi seperti vaksinasi massal, vaksinasi reguler, pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, produksi cairan "Oralit" untuk korban dehidrasi akibat diare, serta perencanaan dan pengendalian kehamilan.

Meskipun Sulianti Saroso menjadi sorotan ketika kampanye keluarga berencana-nya menimbulkan kontroversi dan ia sampai menerima teguran dari Kementerian Kesehatan, namanya tetap diabadikan sebagai tokoh penting dalam bidang kesehatan Indonesia. 

Setelah pensiun pada pertengahan 1970-an, ia tetap aktif sebagai konsultan untuk lembaga internasional WHO dan Unicef.

Berita Berikutnya Berita Sebelumnya